Posted by : Alif M.A Minggu, 23 Desember 2012


Halo CyberLycious, kali ini aku Alif Maulana Arifin akan menceritakan kisah ku bersama sahabatku Rudi Gunadi si Pengamen Difabel, bagian yang akan kuceritakan saat ini adalah bagian yang paling ku ingat dan sampai sekarang belum pernah sekalipun diriku melupakannya.
Selama satu minggu aku berteman bersama Rudi, perlahan-lahan hatiku ini mulai mengerti bahwa Rudi bukanlah orang yang memiliki kekurangan, tetapi orang yang memiliki banyak kelebihan. Yang telah membuatku sadar apa arti dari hidup sesungguhnya. Pada hari ke tujuh tepat seminggu aku mengenalnya ia berkata kepadaku “Bolehkah aku meminta tolong ?”, lalu aku menjawab “Ya tentu saja, jika aku bisa pasti akan aku bantu”, ternyata ia memintaku untuk mencarikannya tiket ke kampung halamannya Magelang. Tentu saja itu mudah bagiku karena sekarang ada fasilitas internet. Setelah menemukan tiket yang aku cari, aku pun mengatakan masalah biaya kepada Rudi. Lalu ia pun kebingungan mencari biaya untuk pulang kampung.
            Setelah hari itu aku berbicara kepadanya  mengenai biaya utuk pulang ke kampung halamannya di magelang, aku tidak bermain lagi dengannya, bukan karena aku dan ia bermusuhan tetapi karena aku tidak dapat menemukannya ditempat ia biasa mengamen ataupun di base camp KPJ (Kelompok Pengamen Jalanan). Namun akhirnya akupun bisa menemukan Rudi ketika aku sedang pergi kepasar sembari mengendarai sepeda motorku, sungguh iba aku melihat pemandangan itu karena Rudi Si Pengamen itu sedang meminta-minta di pasar kota. Disana terlihat begitu banyak orang yang memberinya sumbangan seikhlasnya karena melihat bahwa ia seorang yang berbeda.
            Ketika aku menghampirinya ia pun hanya diam membisu, aku pun langsung menarik tubuhnya dan mengajaknya menaiki sepeda motorku. Aku mengajaknya ke mushola dimana tempat aku berkenalan dengan Rudi. Di tengah perjalanan aku melihat ada suara ramai seperti ada pasar malam.
            Sesampainya di mushola aku pun membuka percakapan “Rud, apa yang sebenarnya kamu lakukan dua hari kau tidak ada kabar, dan mengapa kamu sekarang menjadi pengemis ?”, ia pun menjawab “Maafkan aku, tapi ini semua kulakukan karena aku butuh uang untuk pulang ke kampung halamanku di Magelang, tapi walaupun aku mengemis uangnya tetap saja belum cukup”, “Bukankah kau yang bilang kepadaku bahwa lebih baik menjadi pengamen dari pada menjadi pengemis ?” kataku, iapun termenung. Lalu setelah ia termenung ia bertanya kepadaku “Sekali lagi maafkan aku, aku khilaf, mulai sekarang aku tidak akan mengemis lagi !” sembaru mengusap air mata di pipinya, “Nah bagus, ayo aku baru saja mendapat ide mengumpulkan uang untuk pulang kampung”
            Ideku ini mungkin cukup aneh, tapi aku yakin ideku ini akan berhasil. Ideku ini muncul begitu saja ketika aku melewati pasar malam. Ideku ini adalah mengamen sembari bernyanyi dan menari di pasar malam. Sebelum kami memulai pertunjukan aku mengantarkan Rudi untuk mengambil gitar kesayangannya di base camp KPJ (Kelompok Pengamen Jalanan), dan akupun mengajak beberapa anggota kpj untuk membantu melaksanakan acara ini. Sesampainya kami di pasar malam akupun menuju ke ketua pasar malam untuk meminta izin membuat konser kecil disini,  dan ia pun mengizinkannya. Lalu kami semua bersiap-siap untuk mulai. Dan para pengunjung pun mulai mengerumungi kami.
            “Terimakasih kepada para pengunjung yang mau menyaksikan konser kecil-kecilan kami. Konser kecil ini kami adakan untuk menunjukan bahwa teman saya Rudi Gunadi bisa melakukan sesuatu walaupun ia berbeda dengan kita. Teman kami ini ingin pulang ke kampung halamannya tetapi ia belum mempunyai uang yang cukup, jadi di akhir konser kami meminta sumbangan seikhlas-ikhlasnya. Dan inilah kami” itulah yang aku ucapkan ketika konser akan dimulai. Para penontonpun menikmati jalannya konser kecil kami. Ketika kami selesai membawakan beberapa lagu popular. kami pun mengumpulkan uang dari para penonton. Tetapi bukan hanya uang yang kami dapatkan, kami juga mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari para penonton yang meneriakan nama Rudi ! Rudi! Rudi!,
            Setelah konser usai, kami pun membereskan semuanya. Saat uang hasil konser kecil itu dihitung ternyata uangnya cukup, bahkan lebih. Kami pun memberikan uang sejumlah harga tiket kepada Rudi, dan sisa uangnya sebagian kami berikan kepada Ketua Pasar, sebagianlagi untuk para anggota KPJ (Kelompok Pengamen Jalanan).
            Hari yang melelahkan tetapi  merupakan hari yang menyenangkan, esok harinya Rudi Pamit Kepadaku untuk pulang ke kampung halamannya. Akupun mengantarkannya sampai ke terminal. Saat bis yang ditunggu oleh Rudi sudah dating akupun melambaikan tangan dan mengucapkan Terimakasih atas pengalamannya dan Sampai Jumpa.
            Itulah hari terakhir aku bertemu denga Rudi Gunadi. Ia mengajarkan satu hal penting yang sangat berarti untukku “Orang yang terlahir utuh tetapi tidak mau berusaha akan terkalahkan oleh orang yang bersungguh-sungguh dalam berusaha” itulah hal yang menginspirasiku, semoga dapat menginpirasi para pembaca.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

Selamat Datang Pengunjung Ke

Translate

CyberLycious

Iklan Dikit

- Copyright © Cyber Hunter -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan Edit By Alif Maulana A -